Kamis, 06 Oktober 2011

Pengalamanku: Kang Rijal

Kang Rijal

Kertas-kertas bertebaran di lantai kamarku, pun dengan pensil dan penggaris. Hal yang biasa jika aku sedang mengerjakan tugas menggambar teknik. Sebagai  mahasiswa arsitektur tugas menggambar seperti ini sudah biasa, namun tetap saja merepotkan. Saat baru saja ku selesaikan gambar untuk tapak bawah, pintu kamarku diketuk.
"Assalamu'alaikum!"
Saat kubuka pintu tampak Kang Rijal, tetangga samping kamarku, berdiri di depanku dengan mengenakan kaos oblong hijau army dan sarung. "Wa'alaikumussalam. Eh, Kang Rijal."
"Afwan ganggu, ana boleh pinjem flash disk gak? Yang punya ana lagi trouble, kayaknya kena virus."
"Oh ya boleh, masuk dulu Kang. Maaf berantakan lagi ngerjain tugas," ucapku sambil menuju meja belajar di pojok kamar. Kang Rijal mengikuti dari belakang dan duduk di kasur.
"Wah ganggu dong ya, lagi sibuk." Ujarnya sambil memperhatikan, menyapu isi kamarku.
"Ah enggak koq, biasa aja," jawabku sambil menyerahkan flash disk hitamku.
"Dipinjem dulu ya, syukran! Wassalam'alaikum." Kang Rijal beranjak keluar setelah menepuk pundakku.
"Wa'alaikumussalam." Langsung saja kulanjutkan tugas menggambarku. Namun tak lama karena konsentarsiku agak terganggu. Kedatangan Kang Rijal tadi lah yang mengganggu konsentrasiku.
Kang Rijal adalah mantan ketua rohis di kampusku yang kini sedang melanjutan S2, masih di kampusku. Sambil kuliah beliau bekerja di sebuah biro iklan ternama di kota ini sebagai graphic desainer sesuai dengan jurusan yang dulu diamblinya. Lelaki asal Garut ini memiliki perawakan yang atletis karena ia juga aktif di klub boxing. Dan yang mengganggu konsentrasiku adalah karena perasaanku. Aku suka pada lelaki berwajah ganteng itu. Aku sengaja pindah kostan ke sini agar  bisa dekat dengan beliau dan sering melihatnya. Awalnya aku berharap, jika dikostan aku bisa melihat tubuh maskulin yang selalu tersembunyi di balik pakaiannya yang rapih. Tapi ternyata tidak, beliau sangat menjaga auratnya. Tadinya ya minimal aku bisa melihat dada dan perutnya yang bidang. Walaupun pernah tapi itupun sekali dan tidak sengaja. Saat itu beliau hendak mandi dan membuka kaosnya di kamar mandi, mungkin beliau lupa menutup pintunya dan kebetulan aku lewat dan melihat sepintas dadanya yang bidang dan berbulu halus. Meskipun selintas tapi aku masih bisa mengingatnya dengan jelas, tentu saja ini barang mahal!
Dan tadi, saat lelaki macho itu duduk di kasurku sambil menungguku mengambil flash disk, aku melihat sekilas sarungnya tersingkap. Dan tentu saja bisa ditebak apa yang aku lihat selanjutnya? Meski agak gelap tapi aku bisa melihat tonjolan kontol di balik celana dalamnya. Entah apa yang beliau pikirkan saat itu, tapi yang pasti aku bisa memastikan kontolnya sedang tegang. Tapi itu hanya sebentar karena sepertinya beliau sadar kalau sarungnya tersingkap. Ah, jadi bikin penasaran saja! Yang sedikit-sedikit memang berhasil membuat penasaran. Aduh gawat, jadi pingin mandi janabat nih! He...
***
Brug! Kulempar tasku dan kurebahkan badanku ke atas kasur. Siang ini sangat panas makanya aku ingin cepat-cepat sampai di kostan yang adem. Tapi harapanku untuk tidur siang nampaknya harus kuhapus segera karena proposal kegiatan muharram rohis belum beres ku kerjakan. Padahal nanti sore harus sudah diserahkan ke Kang Andri, ketua panitia. Yah, namanya juga aktivis. Ciee aktivis.
Setelah minum segelas air kunyalakan komputerku dan kuraih flash disk yang baru saja dikembalikan Kang Rijal tadi pagi. Saat ku explore flash disk-ku aku tertarik dengan sebuah folder bernama "Rijal Titip". Nampaknya punya Kang Rijal semalam belum sempat dipindahkan. Karena penasaran apa saja isi foldernya kubuka saja folder itu. Ada beberapa file berkenaan dengan dunia desain grafis, mungkin untuk tugas kuliahnya. Namun yang membuat penasaran ada sub folder yang bikin penasaran karena namanya "Ssstt" seperti sesuatu yang rahasia. dan begitu kubuka ada beberapa file berbentuk 3gp dan flv. Saat kubuka salah satu file tadi aku benar-benar kaget. Video berdurasi 10 menit yang berisi adegan hubungan sejenis, laki-laki denagn laki-laki! Begitu kubuka file lainnya ternyata isinya sama saja meskipun beda pemeran dan adegan tapi intinya sama: video gay!
Masa sih ini punya Kang Rijal? Tapi kalau bukan punya beliau kenapa ada di dalam folder-nya? Demi melihat jam yang terus bergerak ke arah jam empat aku melupakan dulu temuan dahsyat ini dan mengerjakan proposal kegiatanku.
Saat rapat tadi aku benar-benar tidak bisa fokus. Pikiranku masih tercurah pada video-video yang sementara diduga milik Kang Rijal itu. Apa benar itu milik Kang Rijal. Tapi kalau bukan milik beliau kenapa ada di foldernya. Tapi, masa sih orang seperti beliau suka nonoton video gituan? Tapi kalau memang benar itu milik Kang Rijal berarti beliau itu seorang GAY! Benarkah?!
"Hey, jangan ngelamun sambil jalan dong akh!" suara orang yang amat kukenal mengagetkanku.
Kebetulan! Pikirku.
"Eh Kang Rijal, dari mana Kang?" Tanyaku sambil diam-diam memperhatikan beliau dari ujung rambut sampai ujung sepatunya. Sore itu Kang Rijal mengenakan kemeja biru muda dan celana panjang hitam yang rapih plus jaket dan tas punggungnya.
"Biasalah abis ngerjain tugas bareng," jawabnya sambil merangkul pundakku. "Mau pulang? Bareng yuk!" Aku mengangguk.
Sepanjang jalan aku masih bimbang untuk menanyakan video-video itu atau tidak. Lagipula jika kutanyakan sambil jalan nampaknya kurang bagus. Maka kuputuskan baru akan kutanya saat sudah sampai di kostan.
"Kang Rijal boleh nanya sesuatu gak?" Tanyaku begitu Kang Rijal hendak membuka pintu kamarnya. Ada ekspresi bingung di wajahnya.
"Pake minta izin segala sih? Biasanya juga kalau mau nanya langsung aja kan?" Responnya sambil memutar kunci kamarnya.
"Um, tapi di dalam kamar Kang Rijal aja ya?" Kutangkap ekspresi heran Kang Rijal. "Um, masalah ribadi." Sengaja kupelankan suaraku meskipun tidak ada orang lain di sekitar kami.
"Boleh, boleh, yuk masuk!" Ajaknya. Meski agak ragu aku mengikuti di belakangnya.
Kamar Kang Rijal bisa dibilang sangat rapih untuk ukuran kamar cowok single. Buku-buku tertata rapih di rak buku. Di atas kasur tak ada benda lain kecuali bantal, guling, dan selimut. Benar-benar rapih, persis seperti penampilan kesehariannya meski tidak termasuk ke metroseksual.
"Mau minum apa? Ada teh sama susu." Ujarnya sambil membuka tas ransel dan jaketnya.
Aku menolak halus walaupun sebenernya haus banget sih tapi masa sih  ngerepotin segala. Lagipula au sudah tidak sabar ingin mengetahui kebenaran pradugaku itu. Jantungku semakin lama semakin berdegup kencang.
"Tadi katanya mau nanya? Nanya apa? Nyantai aja," ia mengambil segelas air dan mengambil posisi duduk tepat dihadapanku, menatapku lurus. Membuatku semakin dag dig dug. Matanya itu lho Kang....
Kuberanikan untuk membuka mulutku akhirnya,"Em, kemarin lusa Kang Rijal pinjem flash disk ana ya?" kang Rijal mengangguk tanpa beban. "Eh, kalo folder 'Rijal Titip' itu punya Akang ya?" Beliau mengangguk lagi namun nampak agak ragu. "Termasuk semua file di dalamnya?" Ia tak menjawab tapi malah lantas melongok keluar dan kemudian menutup pintu, dan “klik!” pintu itu pun dikunci.
"Ya, termasuk video-video itu jika kamu memang ingin lebih spesifik ke sana," jawabnya lancar namun dengan nada suara yang berbeda dari biasanya. Ia mendekatiku namun entah kenapa aku tiba-tiba refleks mundur menghindar. Aku seperti ketakutan atau memang benar takut.
"Jangan takut, saya tidak akan macam-macam kalau kamu mau cooperatif," uajarnya sambil terus mendesakku dan berhasil. Badanku tertahan di tembok dan badan Kang Rijal hanya satu jengkal dariku. Bisa kudengar deru nafasnya.
"Jadi, Kang Rijal memang seorang..."
"Gay?" Kang Rijal memotong ucapanku. "Kalau memang benar kenapa? Kalau aku seorang gay memang kenapa?" Tanyanya balik sambil mendorong dadaku dengan tangannya yang kokoh. Aku tak bisa menjawab. Aku memang pernah ingin sedekat ini dengan Kang Rijal tapi situasinya tentu tidak seperti ini.
"Um, saya janji enggak akan cerita soal ini ke siapapun. Tapi tolong jangan sakiti saya," ucapku memohon.
"Bagus," Lelaki tinggi besar itu menarik tangannya dari dadaku.
"Tapi..." tiba-tiba sebuah ide gila datang ke kepalaku.
"Tapi apa?"
Aku kini lebih berani, "tapi Kang Rijal harus menuruti permintaan Riki." Kang Rijal terkejut. Matanya langsung tertuju ke arah flash disk yang kugenggam. "File-file Kang Rijal sudah disimpan di e-mail, dan bisa kapan saja Riki sebarkan." Ucapku mantap dan membuat Kang Rijal semakin kaget.
"Apa maumu?"
Yes berhasil! Ucapku dalam hati. Akhirnya keinginanku bisa tercapai juga, tinggal selangkah lagi.
"Um, Riki pingin kita mempraktikan apa yang ada dalam video Kang Rijal itu."
Suasana hening sejenak. Perlahan raut muka Kang Rijal berubah lebih bersahabat.
"Ternyata antum juga sama," ucapnya sambil tersenyum mendekatiku. Senyumannya itu benar-benar membuatku bergairah.
Ia terus berjalan dan kembali mendesakku ke dinding. Kedua lengan kokohnya menahan tubuhnya tepat di samping telingaku. Kemudian tangan kirinya memegang rahangku dan berpindah mengusap bibirku dan tiba-tiba ia mengecup bibirku dan melumatnya. Ah, bibir Kang Rijal betul-betul hangat. Refleks, kupeluk tubuh kokohnya itu dengan erat dan penuh gairah. Lalu tanganku mulai beraksi membuka kemeja Kang Rijal dan langsung menyerang kedua puting di atas dadanya yang bidang dan berbulu halus. Kang Rijal membalasnya dengan mengecup telinga dan leherku yang membuatku semakin semangat melancarkan seranganku. Kudorong tubuh besarnya itu ke atas kasur. Lelaki itu sempat kaget namun kembali rileks. Aku jongkok di depan kakinya yang mengangkang. Kuraba kontolnya yang menonjol dari balik celana hitamnya. Kuraba, kuusap, kuremas hingga kulihat Kang Rijal menunjukkan ekspresi yang semakin membuatku gemas. Kuloloskan celananya itu dan kulihat tonjolan besar di balik celana dalam hijau army-nya. Kujilat dan kuremas buah jakarnya yang besar seperti telur puyuh. Kang Rijal mendesah pelan. Desahan yang membuatku semakin bernafsu.
Kumasukkan ujung jariku ke dalam lubang anusnya yang terjepit diantara bokong besarnya. Kang Rijal kembali mendesah. Ah, kontolnya semakin menegang dan membesar. Ujung kontolnya yang berwarna pink langsung kujilati tanpa ampun dan batang kontol yang besar itu akhirnya bersarang di mulutku. Semakn lama aku semakin semangat menyedot kontolnya itu sambil menyodok lubang anusnya dengan telunjuk dan jari tengahku. Tak perlu menunggu lama, Kang Rijal menyemprotkan sperma pertamanya untukku, hangat dan kental.
Yummy!
Dan sekarang giliranku. Aku menaiki tubuh Kang Rijal yang nampaknya masih kelelahan setelah menebakan spermanya di mulutku. Tanpa kuperintahkan lelaki berjanggut tipis itu sudah paham dengan apa yang kuinginkan. Ia memasukan kontolku ke dalam mulutnya. Ah, mulutnya benar-benar hangat dan jilatannya...ah!
Tapi tidak, aku tidak berniat menembakan spermaku di dalam mulutnya. Maka ku turun, langsung kubuka dan kuangkat kedua kaki Kang rijal hingga bisa kulihat dengan jelas lubang anusnya yang merah muda.
Tanpa meminta persetujuan kang Rijal aku masukan kontolku ke dalam lubang anus mahasiswa pasca sarjana itu. Kang Rijal mendesah kesakitan di awalnya namun semakin lama nampaknya ia malah menikmati setiap sodokkan yang kulakukan.
"Ah, ayo...terus, enak Ki!"
Seperti diberi angin, aku semakin semangat menyodok kontolku sambil mengocok kontol Kang Rijal yang sudah semi-hard on. Aku belum puas melihat kontolnya untuk menyemburkan cairan sperma di dalam biji pelirnya itu.
"Ah, ah, ah,,"
Akhirnya hampir bersamaan kami berdua menyemburkan sperma masng-masing. Spermaku membasahi setiap ruang di lubang anusnya sedangkan sperma Kang rijal membasahi dada dan perutnya yang bidang. Aku kira semua sudah usai hingga tiba-tiba Kang Rijal menarik badanku dan dengan cekatan membalikan posisi badanku. Kini aku ada di bawah tatapan Kang Rijal dan tubuh tinggi besarnya menindihku.
"Di video yang aku tonton, yang tadi itu belum beres. Masih ada yang kurang," bisiknya di telingaku.
Tangan kokohnya lantas mengangkat kakiku dan langsung menyodok lubang anusku dengan kontol besarnya. Awalanya sulit karena ini kontol pertama yang masuk ke dalam lubang anusku. Apalagi Kang Rijal tidak memasukan jarinya terlebih dahulu sebagai pemanasan agar lubang anusku terbiasa.
Ah, sakit sekali ketika sedikit demi sedikit kontol besar dan hangatnya itu memasuki setiap inci lubang anusku, seperti akan robek. Namun lama-lama aku justru malah merasakan sensasi yang luar biasa enak. Apalagi saat kontol besarnya mulai menyodok keluar-masuk lubang anusku yang perawan.
"Aaaah!" kini giliranku mendesah.
Dan tak lama untuk ketiga kalinya dari kontol Kang rijal muncratlah cairan putih, kental, dan hangat.
Kami berpelukan dengan nafas yang sama-sama terengah. Namun kami harus segera merapihkan diri karena sebentar lagi teman-teman kost yang lain akan pulang.
"Lain kali, kau tak perlu mengancam jika ingin melakukannya lagi. Akang dengan senang hati akan menurutinya." Ia tersenyum, "lagipula masih banyak koleksi video yang belum kamu tonton kan? Kapan-kapan jika tidak keberatan Riki bisa nemenin Kang Rijal nonton, ada Menatplay, Randy Blue, atau yang manapun."
Dan aku membalas pula dengan sebuah senyuman dan kecupan di bibir tipisnya.  
“Mau susu kental?” Tawar Kang Rijal.
Dengan mantap aku mengangguk.





Keterangan:
Ikhwan: lelaki
Ana: saya
Antum: kamu
Akhi: panggilan persaudaraan untuk laki-laki
afwan: maaf   
     

1 komentar:

  1. senang membaca tulisan anda akh,
    ane jadi pengen tau siapa penulisnya, hehe...
    balas ke saljuhitamberdarah@gmail.com yah

    BalasHapus